TEORI PERMINTAAN TENAGA KERJA DALAM JANGKA PANJANG
Artikel ini ditulis ketika Saya memelajari makroekonomi Tahun 2004. Semoga bermanfaat.

Gambar 2
terdiri dari tiga bagian, [2.a] menunjukkan keseimbangan pelaku usaha dalam
jangka panjang, [2.b] menunjukkan pergeseran (movement) dan pergerakan (shiftment)
kurva permintaan investasi dan [2.c] menunjukkan pergeseran (movement) dan pergerakan (shiftment) kurva permintaan tenaga
kerja. Terdapat tiga hubungan antar input yang memungkinkan, yaitu hubungan
saling melengkapi (complementer),
hubungan saling menggantikan (substitution)
dan hubungan saling bebas (independen). Dalam teori ini diasumsikan antara
investasi (I) dengan tenaga kerja (TK) berhubungan saling melengkapi.
Keseimbangan awal pelaku usaha
ditunjukkan oleh titik A dalam ketiga bagian gambar 2. Dalam gambar [2.a]
pelaku usaha akan mencapai tingkat produksi yang optimal ketika kurva isoquant bersingggungan dengan kurva
anggaran (budget line), dimana pada
mulanya ia mengkombinasikan tenaga kerja dan investasi masing-masing sebesar TK1
dan I1. Ketika terjadi kenaikan suku bunga sebagai akibat dari upaya
BI untuk memperkuat rupiah misalnya, maka kebijakan moneter ini dapat
meningkatkan suku bunga dari r1 ke r2 (r2>r1).
Dengan asumsi di pasar tenaga kerja tidak ada reaksi untuk meningkatkan upah,
maka dalam gambar [2.a] perubahan suku bunga ini menyebabkan pergeseran intercept investasi yang menunjukkan
seandainya seluruh biaya total faktor dialokasikan untuk investasi. Budget line bergeser dari TFC/w1
– TFC/r1 ke TFC/w1 – TFC/r2, dan hasil
akhirnya keinginan investasi pelaku usaha menurun. Karena investasi dan tenaga
kerja berhubungan saling melengkapi, maka penurunan investasi akan diikuti oleh
penurunan penggunaan tenaga kerja, sehingga setelah terjadi kenaikan suku bunga
penggunaan investasi dan tenaga kerja masing-masing menjadi sebesar I2
dan TK2 (gambar [2.a]),
dimana keseimbangan pelaku usaha berubah dari posisi A ke posisi B.
Dalam gambar [2.b] pengaruh kenaikan
suku bunga ini ditunjukkan oleh kenaikan “r” dalam garis vertikal dari r1
ke r2 yang menyebabkan pengurangan permintaan investasi dari I1
ke I2. Dan dalam gambar [2.c], karena tenaga kerja
penggunaannya saling melengkapi dengan investasi, maka walaupun tanpa terjadi
perubahan tingkat upah, maka penggunaan tenaga kerja menurun dari TK1
ke TK2. Dengan demikian kenaikan suku bunga menyebabkan kurva
permintaan tenaga kerja bergerak menurun dari DTK1 ke DTK2.
Kenyataannya, serikat pekerja dengan
kekuatan politiknya senantiasa mampu memengaruhi pelaku usaha untuk menaikan
tingkat upah. Misalnya setelah terjadi kenaikan suku bunga tadi, tingkat upah
meningkat dari w1 ke w2. Kenaikan tingkat upah akan
mengeser intercept tenaga kerja ke
bawah, sehingga kurva budget line menjadi TFC/w2 – TFCr2.
Hasil akhirnya adalah adanya penyesuaian atas keseimbangan pelaku usaha.
Keseimbangan pelaku usaha menjadi berada pada posisi C. Dengan tetap
mempertahankan asumsi hubungan komplementer antara tenaga kerja dan investasi, maka
penurunan penggunaan tenaga kerja dari TK2 ke TK3 menyebabkan
turunnya penggunaan investasi dari I2 ke I3 walaupun
tidak ada perubahan dalam suku bunga.
Pada gambar [d.c] kenaikan tingkat upah menyebabkan bergesernya
permintaan tenaga kerja dari posisi B ke posisi C dengan jumlah penggunaanya
menurun dari TK2 ke Tk3. Dan pada gambar [2.b] karena tidak ada perubahan suku bunga (suku bunga tetap pada r2),
maka kenaikan tingkat upah menggerakan permintaan investasi dari DI1
ke DI2 yang mana jumlah investasi yang digunakan menurun dari I2
menjadi I3.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda