Selasa, 10 Agustus 2021

PREMI RESIKO (COUNTRY RISK), KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG

 PREMI RESIKO (COUNTRY RISK), KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG

Yuhka Sundaya

Artikel ini ditulis ketika saya memelajari mikroekonomi pada Tahun 2004. Sumbernya adalah :
Mankiw, Gregory N, 2003,”Teori Makroekonomi”, Jakarta, Erlangga, Ed-5, alih bahasa oleh Nurmawan Iman.

Premi resiko atau country risk adalah peristiwa-peristiwa non ekonomi dan ekonomi yang terjadi di suatu perekonomian. Sifat dari premi resiko dapat menyebabkan kenaikan dalam resiko investasi di perekonomian tersebut. Misalnya bencana alam, Tsunami dua minggu yang lalu di Banda Aceh, bom Bali, bom JW. Mariot, bom Kuningan, kerusuhan di Ambon, kemelut sosial dan politik dan lain-lain.

Premi resiko (q) dapat menyebabkan perubahan dalam keseimbangan pasar barang (IS) dan pasar uang (LM). Dampak premi resiko dapat diukur dengan menggunakan persamaan pendapatan nasional (Y) dalam model perekonomian terbuka dengan penawaran dan permintaan uang. Dalam perekonomian terbuka adanya premi resiko pada suatu saat tertentu dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Y      = C (Y – T) + I(r* + q) + G + NX(e)    ... a

M/P  = L(r* + q, Y) ......................................... b

Persamaan (a) menunjukkan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan atas komponen-komponen pengeluaran, yaitu belanja konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintan (G) dan net export (NX). Di mana konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan disposable (Y – T) atau Yd, dan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dunia (r*) ditambah dengan adanya premi resiko. Suku bunga dunia (r*) merupakan patokan bagi para investor dan masyarakat pemegang uang di suatu perekonomian. Sehingga identitas suku bunga domestik adalah r=r*+q. Jika suku bunga domestik lebih besar dari suku bunga dunia, maka perekonomian domestik akan menerima penawaran pinjaman dari perkonomian lain (capital inflow), sebaliknya jika suku bunga domestik lebih kecil dari suku bunga dunia, maka perekonomian domestik dapat meminjam dan dananya ke perekonomian lain (capital outflow). Selanjutnya belanja pemerintah merupakan ketetapan dari pemerintah (exogenous), sedangkan net export merupakan fungsi dari kurs riil (e). Kenaikan dalam kurs riil atau apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing menyebabkan turunnya daya saing, karena apresiasi menyebabkan harga komoditi-komoditi ekspor menjadi lebih mahal. Kenaikan harga ekspor akan menurunkan permintaan ekspornya di negara mitra dagangnya. Sehingga menyebabkan nilai net export perekonomian tersebut menurun.

Gambar 1 digunakan untuk menganalisis dampak premi resiko terhadap keseimbangan pasar uang dan pasar barang.

Keterangan :

q ®  r = r*1+q ® I' ® IS ' (IS1 ke IS2) ® depresiasi mata uang domestik (e1 ke e2) ® menggeser keseimbangan IS-LM dari titik A ke titik B di gambar (ii).
Md' dari titi A ke titik B di pasar uang (i)® Excess supply of money ® Ms&® di gambar (ii) LM& (LM1 ke LM2) ® Y& (Y1 ke Y2) ® di gambar (i) Md& kembali dari L(r*1, Y1) ke L(r*1+q, Y2) ® keseimbangan pasar uang baru di titik C.

Di pasar uang dan barang (keseimbangan eksternal), premi resiko menyebabkan kekhawatiran investor di perekonomian domestik, sehingga suku bunga dunia lebih menarik. Hal ini secara langsung akan menurunkan investasi atau terjadi capital outflow, sehingga di dalam keseimbangan eksternal pasar barang turun ke sebelah kiri bawah (IS1 ke IS2).

Di pasar uang (gambar ii), premi resiko menyebabkan permintaan uang menurun, sehingga mengakibatkan excess supply of money. Agar pasar uang kembali seimbang,  maka bank sentral akan melakukan ekspansi moneter, misalnya dengan membeli obligasi dari masyarakat maupun bank-bank umum.  Ekspansi moneter menyebabkan kenaikan jumlah uang beredar. Di pasar uang ekspansi moneter dapat menutup excess supply of money, sehingga keseimbangan pasar uang yang baru berada di titik C. Sementara itu di pasar uang dan barang (gambar ii), kombinasi ekspansi moneter dengan kontraksi di pasar barang menyebabkan kenaikan pendapatan dan depresiasi mata uang domestik lebih lanjut (dari e2 ke e3).

Depresiasi mata uang domestik pada sisi lain akan meningkatkan daya saing, karena depresiasi dapat mendorong penurunan harga ekspor, sehingga permintaan ekspor dimungkinkan untuk meningkat dengan asumsi permintaan ekspornya elastis. Pada sisi lain, depresiasi dapat mendorong kenaikan harga impor. Jika permintaan impor elastis di domestik, maka impor domestik akan turun. Dalam perdagangan internasional hasilnya adalah kenaikan net export. Sehingga kenaikan pendapatan dari Y1 ke Y2 sebenarnya didorong oleh kenaikan net export, yang ditunjukkan dengan bergesernya keseimbangan internal sepanjang kurva IS. Dimana keseimbangan bergerak dari titik B ke titik C (gambar ii).

Menurut Mankiw (2003; 321), biasanya kenaikan pendapatan yang didorong oleh adanya premi resiko tidak terjadi. Ada beberapa alasan, antara lain :

  1. Bank sentral mencegah depresiasi yang besar pada mata uang domestik yang ditanggapi dengan kontraksi moneter. Menurut penulis, tindakan ini dapat terjadi jika permintaan ekspor di pasar dunia tidak elastis atau ketergantungan perekonomian terhadap komoditi impor sangat tinggi (asumsi dampak depresiasi meningkatkan permintaan ekspor ditolak).
  2. Premi resiko menyebabkan permintaan uang masyarakat meningkat, karena uang merupakan aset yang paling aman.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda