PREMI RESIKO (COUNTRY RISK), KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG
PREMI RESIKO (COUNTRY RISK), KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG
Premi resiko atau country risk adalah peristiwa-peristiwa
non ekonomi dan ekonomi yang terjadi di suatu perekonomian. Sifat dari premi
resiko dapat menyebabkan kenaikan dalam resiko investasi di perekonomian
tersebut. Misalnya bencana alam, Tsunami dua minggu yang lalu di Banda Aceh,
bom Bali, bom JW. Mariot, bom Kuningan, kerusuhan di Ambon, kemelut sosial dan
politik dan lain-lain.
Premi resiko (q)
dapat menyebabkan perubahan dalam keseimbangan pasar barang (IS) dan pasar uang
(LM). Dampak premi resiko dapat diukur dengan menggunakan persamaan pendapatan
nasional (Y) dalam model perekonomian terbuka dengan penawaran dan permintaan
uang. Dalam perekonomian terbuka adanya premi resiko pada suatu saat tertentu
dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Y = C
(Y – T) + I(r* + q) + G + NX(e) ... a
M/P = L(r*
+ q, Y) ......................................... b
Persamaan
(a) menunjukkan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan atas
komponen-komponen pengeluaran, yaitu belanja konsumsi (C), investasi (I),
belanja pemerintan (G) dan net export (NX). Di mana konsumsi merupakan fungsi
dari pendapatan disposable (Y – T) atau Yd, dan investasi merupakan
fungsi dari suku bunga dunia (r*) ditambah dengan adanya premi resiko. Suku
bunga dunia (r*) merupakan patokan bagi para investor dan masyarakat pemegang
uang di suatu perekonomian. Sehingga identitas suku bunga domestik adalah r=r*+q. Jika
suku bunga domestik lebih besar dari suku bunga dunia, maka perekonomian
domestik akan menerima penawaran pinjaman dari perkonomian lain (capital inflow), sebaliknya jika suku
bunga domestik lebih kecil dari suku bunga dunia, maka perekonomian domestik
dapat meminjam dan dananya ke perekonomian lain (capital outflow). Selanjutnya belanja pemerintah merupakan
ketetapan dari pemerintah (exogenous),
sedangkan net export merupakan fungsi
dari kurs riil (e). Kenaikan dalam kurs riil atau apresiasi mata uang domestik
terhadap mata uang asing menyebabkan turunnya daya saing, karena apresiasi menyebabkan
harga komoditi-komoditi ekspor menjadi lebih mahal. Kenaikan harga ekspor akan
menurunkan permintaan ekspornya di negara mitra dagangnya. Sehingga menyebabkan
nilai net export perekonomian
tersebut menurun.
Gambar 1 digunakan untuk menganalisis
dampak premi resiko terhadap keseimbangan pasar uang dan pasar barang.
q ® r = r*1+q ® I' ® IS ' (IS1 ke IS2) ® depresiasi mata uang domestik (e1 ke e2) ® menggeser keseimbangan IS-LM dari titik A ke titik B di gambar (ii).
Di
pasar uang dan barang (keseimbangan eksternal), premi resiko menyebabkan
kekhawatiran investor di perekonomian domestik, sehingga suku bunga dunia lebih
menarik. Hal ini secara langsung akan menurunkan investasi atau terjadi capital outflow, sehingga di dalam
keseimbangan eksternal pasar barang turun ke sebelah kiri bawah (IS1
ke IS2).
Di pasar uang (gambar ii), premi resiko
menyebabkan permintaan uang menurun, sehingga mengakibatkan excess supply of money. Agar pasar uang
kembali seimbang, maka bank sentral akan
melakukan ekspansi moneter, misalnya dengan membeli obligasi dari masyarakat
maupun bank-bank umum. Ekspansi moneter
menyebabkan kenaikan jumlah uang beredar. Di pasar uang ekspansi moneter dapat
menutup excess supply of money,
sehingga keseimbangan pasar uang yang baru berada di titik C. Sementara itu di
pasar uang dan barang (gambar ii), kombinasi ekspansi moneter dengan kontraksi
di pasar barang menyebabkan kenaikan pendapatan dan depresiasi mata uang domestik
lebih lanjut (dari e2 ke e3).
Depresiasi mata uang domestik pada sisi
lain akan meningkatkan daya saing, karena depresiasi dapat mendorong penurunan
harga ekspor, sehingga permintaan ekspor dimungkinkan untuk meningkat dengan
asumsi permintaan ekspornya elastis. Pada sisi lain, depresiasi dapat mendorong
kenaikan harga impor. Jika permintaan impor elastis di domestik, maka impor
domestik akan turun. Dalam perdagangan internasional hasilnya adalah kenaikan net export. Sehingga kenaikan pendapatan
dari Y1 ke Y2 sebenarnya didorong oleh kenaikan net export, yang ditunjukkan dengan
bergesernya keseimbangan internal sepanjang kurva IS. Dimana keseimbangan
bergerak dari titik B ke titik C (gambar ii).
Menurut Mankiw (2003; 321), biasanya
kenaikan pendapatan yang didorong oleh adanya premi resiko tidak terjadi. Ada
beberapa alasan, antara lain :
- Bank sentral mencegah depresiasi yang besar pada mata uang domestik yang ditanggapi dengan kontraksi moneter. Menurut penulis, tindakan ini dapat terjadi jika permintaan ekspor di pasar dunia tidak elastis atau ketergantungan perekonomian terhadap komoditi impor sangat tinggi (asumsi dampak depresiasi meningkatkan permintaan ekspor ditolak).
- Premi resiko menyebabkan permintaan uang masyarakat meningkat, karena uang merupakan aset yang paling aman.
Label: Makroekonomi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda