Selasa, 17 Agustus 2021

KEYNESIAN CROSS (Kurva Perpotongan Keynes) DAN IS-LM

KEYNESIAN CROSS (Kurva Perpotongan Keynes) DAN IS-LM

Yuhka Sundaya
Artikel ini bersumber dari hasil pembelajaran makroekonomi Saya Tahun 2004.

Pengeluaran Pemerintah dan Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional (Y) menurut penggunaan merupakan penjumlahan atas pengeluaran untuk konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah atau government expenditure (G) dan ekspor-impor.(X – M). Dalam perekonomian tertutup (closed economy) didefinisikan dengan persamaan identitas berikut :
Y = C + I + G
 
Selanjutnya I dan G diasumsikan exogeneous (ditentukan), sehingga dapat ditulis sebagai berikut :
Y = C + Ῑ + Ḡ

Sementara itu, konsumsi ditentukan oleh pendapatan siap pakai (disposable income). Hubungannya secara matematis ditulis sebagai berikut :
C = a + b (Y – T)
“a” adalah konstanta yang memiliki arti besarnya konsumsi yang tidak ditentukan oleh pendapatan, atau dalam istilah kebijakan disebut dengan kebutuhan hidup minimum (KHM). Sedangkan “b” adalah marginal propensity to consume (MPC) atau tambahan dalam konsumsi sebagai akibat perubahan dalam pendapatan. Secara matematis “b” merupakan slope atau kemiringan dari fungsi konsumsi. Notasinya adalah positif, karena konsumsi berhubungan positif dengan pendapatan. Kenaikan dalam pendapatan akan diikuti oleh kenaikan dalam konsumsi, begitupun sebaliknya.

Selanjutnya, dengan menginternalisaikan fungsi konsumsi ke dalam pendapatan nasional, maka diperoleh hubungan matematis sebagai berikut :


Dari persamaan ini nampak bahwa seluruh variabel memiliki koefisien 1/MPS termasuk konstanta. Dengan demikian dari persamaan tersebut dapat diukur tingkat perubahan Y (dY) sebagai akibat perubahan G (dG). Dimana



Artinya tingkat perubahan Y sebesar 1/MPS, karena MPC + MPS = 1, sehingga 1- MPC = MPS.

Dampak dari perubahan G itu sendiri ditunjukkan oleh :

Ilustrasi dampak perubahan G dapat dipahami dengan menggunakan perpotongan Keynesian yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Pada Gambar 1, sebelum ada pengeluaran pemerintah pendapatan nasional berada pada Y, tepat pada saat rencana pengeluaran (PE) sama dengan pengeluaran aktual (AE) yang ditunjukkan pada titi A.

Pengeluaran pemerintah adalah exogeneous, sehingga dampak dari adanya pengeluaran pemerintah menyebabkan pertambahan dalam konstanta dari (a + I) menjadi (a + I + G), sehingga kurva PE bergeser ke atas menjadi PE’. Dalam gambar dampak ini menyebabkan munculnya perpotongan Keynesian yang baru pada titik B yang lebih tinggi dibandingkan pada perpotongan di titik A, sehingga dampak dari pengeluaran pemerintah menyebabkan kenaikan pendapatan nasional dari Y ke Y’. Dengan demikian pengeluaran pemerintah memiliki dampak positif terhadap pendapatan nasional.

Dampak kontraksi moneter terhadap keseimbangan pasar uang (LM) dan pasar barang (IS)

Kontraksi moneter adalah salah satu kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar (JUB) atau mengurangi penawaran uang (money supply). Kontraksi moneter dilakukan dengan operasi pasar terbuka, dimana bank sentral melakukan pembelian obligasi. Di Indonesia, Bank Indonesia melakukannya dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Transaksi ini menyebabkan terserapnya (absorption) uang beredar, karena pembelian menyebabkan bertambahnya persediaan uang di bank sentral di satu pihak, dan menurunkan masyarakat untuk memegang uang cash pada pihak lain. Transaksi ini menyebabkan pergeseran keseimbangan dalam pasar uang dan pasar barang, sehingga dapat merubah tingkat suku bunga dan pendapatan nasional.

Gambar 2 menampilkan ilustrasi dampak kontraksi moneter terhadap keseimbangan pasar uang dan pasar barang.


Kurva LM (liquidity of money) menggambarkan keseimbangan suku bunga (r) dan pendatan nasional (Y) pada saat terjadi keseimbangan di pasar uang, sedangkan kurva IS (investment-Saving) menggambarkan keseimbangan suku bunga dan pendapatan nasional pada saat terjadi keseimbangan di pasar barang. Dikatakan pasar barang, karena merupakan agregasi dari belanja konsumsi rumah tangga, belanja investasi perusahaan, belanja pemerintah dan belanja impor.

Sebelum terjadi kontraksi moneter, keseimbangan pasar barang dan pasar uang ditunjukkan pada titik A, dimana pendapatan nasional sebesar Y dan suku bunga sebesar r. Kontraksi moneter dengan melakukan pembelian SBI oleh Bank Indonesia menyebabkan penurunan dalam penawaran uang riil (Ms/P), dengan asumsi harga bersifat konstan. Kontraksi penawaran uang riil ini akan menggeser kurva LM ke kiri atas. Sehingga kebijakan ini menyebabkan :

1. Kenaikan suku bunga dari r ke r’; dan
2. Penurunan pendapatan nasional dari Y ke Y’.

Penurunan pendapatan nasional dapat dipahami, bahwa ketika Bank Indonesia melakukan pembelian SBI, maka cadangan uang yang ada di bank-bank umum, lembaga keuangan lain, dan masyarakat yang membeli SBI akan berkurang. Menurunnya cadangan/persediaan uang (dana-red) menyebabkan kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan direspon secara negatif oleh investor. Investor akan mengurangi investasinya, sehingga menyebabkan penyesuaian dalam pasar barang. Kurva IS akan bergeser sepanjang kurva ke kiri atas hingga berpotongan dengan kurva LM’ di titik B. Dengan demikian, penurunan investasi di pasar barang menyebabkan penurunan output atau pendapatan nasional (Y).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda