Selasa, 17 Agustus 2021

TEORI PERMINTAAN TENAGA KERJA DALAM JANGKA PENDEK


Artikel ini Saya tulis ketika memelajari teori makroekonomi tahun 2004.

Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek dapat diamati perilakukan melalui teori fungsi produksi.Fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis antara input dan output dari suatu proses produksi. Sebuah fungsi produksi dapat diartikan sebagai maksimum output yang dapat diperoleh dari suatu vektor input tertentu (Coelli et al, 1998; 12). Terdapat tiga tahap produksi, yaitu :
1. Tahap kenaikan rata-rata produksi (average product – AP);
2. Tahap penurunan AP dengan produk marginal (marginal product – MP) yang positif; dan
3. Negatif MP.

Tahap-tahap produksi dalam jangka pendek dapat diidentifikasi dalam gambar 1. Untuk penyederhanaan digambarkan bahwa produksi fisik total (total physical product - TPP) ditentukan oleh dua input, yaitu input 1 (x1) dan input 2 (x2). MPPx1 atau marginal physical product of x1 adalah jumlah tambahan output (TPP) yang diproduksi dengan tambahan unit x1, ceteris paribus x2 (x20). APPx1 atau average physical product of x1 menunjukkan jumlah output per unit x1 atau rata-rata produksi per unit x1.

Tahap produksi I dan III menggambarkan perilaku produsen yang irrasional, sedangkan tahap produksi II menggambarkan perilaku produsen yang rasional. Pada tahap produksi I, jika produksi berhenti pada saat MPPx1 maksimum, menunjukkan bahwa penggunaan input tersebut belum optimal atau masih ada input x1 yang menganggur. Karakteristik permintaan x1 dapat ditunjukkan oleh kurva MPPx1. Pada tahap ini kurva permintaan input x1 berhubungan positif dengan harga input tersebut. Artinya, pada tahap ini walaupun harga input meningkat, maka produsen akan terus menambah penggunaan x1.  Kurva permintaan x1 tidak elastis terhadap harga input tersebut. Biasanya perilaku ini terjadi pada infant industry atau industri yang baru berdiri. Selanjutnya, karakteristik lain dalam tahap ini adalah bahwa produsen memiliki elastisitas produksi (Ep) lebih besar dari 1. Hal ini disebabkan oleh lebih besarnya MMPx1 dari APPx1.

Elastisitas produksi atau output terhadap input dapat diturunkan dari fungsi produksi. Dari fungsi produksi yang digambarkan dalam gambar 1, secara umum elastisitas produksi terhadap input ke-i adalah :


Gambar 3. TPP, APP, MPP dan Tahap-Tahap Produksi
Gambar 3. TPP, APP, MPP dan Tahap-Tahap Produksi

EP,xi dapat diartikan sebagai respon output terhadap perubahan input ke-i. Dengan perkataan lain (EP,xi) merupakan rasio persentase perubahan output dibagi dengan persentase perubahan input ke-i, yang selanjutnya dalam pendekatan neo-klasik dapat diinterpretasikan sebagai rasio antara marginal produk input ke-i dengan rata-rata produksi input ke-i. Pada tahap produksi I, respon output terhadap input sangat elastis. Dimana perubahan output lebih besar dibandingkan dengan perubahan input dalam proses produksi tersebut.

            Dalam jangka panjang, semua input (x1 dan x2) memiliki peluang untuk berubah secara bersamaan. Perubahan proporsional dalam output sebagai akibat dari perubahan proporsional seluruh input dikenal dengan konsep return to scale (RTS) atau disebut juga dengan elasticity of scale (Coelli, 1998; 19). Terdapat tiga jenis RTS, yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS) dan decreasing return to scale (DRS). Informasi return to scale dari suatu proses produksi dapat diketahui dengan cara menjumlahkan elastisitas produksi terhadap setiap atau seluruh input yang digunakan (). Jika  > 1, maka dapat diartikan bahwa fungsi produksi tersebut bersifat increasing return to scale (IRS), jika  = 1, maka dapat diartikan bahwa fungsi produksi tersebut bersifat constant return to scale (CRS), sedangkan jika jika  = 1, maka dapat diartikan bahwa fungsi produksi tersebut bersifat diminishing return to scale (DRS). Sifat IRS dalam fungsi produksi mencerminkan bahwa kenaikan/penurunan penggunaan seluruh input secara proporsional akan meningkatkan/menurunkan output secara proporsional dengan persentase kenaikan/penurunan yang lebih besar dari kenaikan/penurunan input. Sifat CRS mencerminkan bahwa kenaikan/penurunan penggunaan input secara proporsional  akan meningkatkan/menurunkan output secara proporsional dengan persentase kenaikan/penurunan yang sama besarnya dengan kenaikan/penurunan input. Sedangkan sifat DRS dalam fungsi produksi mencerminkan bahwa kenaikan/penurunan penggunaan input secara proporsioonal akan meningkatkan/menurunkan output secara proporsional dengan persentase kenaikan/penurunan yang lebih kecil dari kenaikan/penurunan input. 

Pada tahap produksi II, terlihat bahwa pertumbuhan TPP yang terkait dengan kenaikan input x1 mulai melambat. Tahap ini dimulai pada saat MPPx1 sama dengan APPx1 maksimum dan berakhir pada saat MPPx1 mencapai titik nol atau tambahan input x1 tidak memberikan tambahan terhadap output. Pada tahap ini, tambahan setiap input x1 oleh produsen akan memberikan tambahan terhadap output yang semakin menurun, sehingga kurva MPPx1 dan APPx1 pada tahap ini memiliki kemiringan yang negatif. Oleh karena itu pada tahap ini berlaku hukum hasil fisik marginal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal returns). Pada tahap ini pula, perilaku produsen dikategorikan rasional. Hal ini tercermin pula pada kurva permintaan input x1 yang diwakili oleh MPPx1. Kemiringan negatif MPPx1 menunjukkan bahwa permintaan input x1 berhubungan negatif dengan harga input tersebut. Permintaan produsen terhadap input x1 menjadi elastis dibandingkan dengan tahap produksi I. Selanjutnya pada tahap ini menunjukkan bahwa respon produksi terhadap persentase perubahan input x1 kurang elastis. Dengan perkataan lain, persentase perubahan output lebih rendah dibandingkan dengan persentase perubahan input x1. Hal ini disebabkan oleh lebih rendahnya tambahan output sebagai akibat tambahan input x1 dibandingkan dengan rata-rata produksi x1 (MPPx1 < APPx1).

Pada tahap produksi III, terlihat bahwa output mulai menurun. Tambahan input x1, tidak akan memberikan tambahan terhadap output dalam tahap produksi ini. Malahan tambahan input tesebut dapat menyebabkan penurunan terhadap output, jika produsen tidak menambah input x2. Kasus ini tercemin pula oleh negatifnya MPPx1, yang mencerminkan bahwa tambahan input akan menyebabkan penurunan terhadap output. Akibatnya respon produksi terhadap input menjadi tidak elastis.

Berdasarkan teori produksi di atas, parameter elastisitas produksi terhadap input memberikan informasi tentang bagaimana respon output terhadap input tersebut. Respon output terhadap tenaga kerja misalnya, memberikan informasi besarnya perubahan output atas perubahan penggunaan tenaga kerja. Kenyataanya tenaga kerja memiliki spesifikasi pendidikan dan keahlian tertentu, jika parameter ini diperluas untuk spesifikasi tenaga kerja tersebut, maka parameter tersebut menginformasikan spesifikasi tenaga kerja seperti apa yang mampu menunjang kenaikan produksi suatu perusahaan. 

Menurut Mankiw (2003; 46-47), keputusan suatu perusahaan untuk meningkatkan dan mengurangi tenaga kerja tergantung pada perbandingan value marginal productivity of labor dengan upah nominalnya. Jika fungsi keuntungaan perusahaan adalah :



maka, tingkat perubahan keuntungan sebagai akibat dari perubahan tenaga kerja didefinisikan sebagai berikut :


“P” adalah harga output, “fL” adalah marginal productivity of labor dan “w” adalah upah. Dengan demikian persamaan tersebut dapat didefinisikan kembali sebagai   berikut :


Berdasarkan persamaan tersebut, jika MPL > w/P atau upah riil, maka perusahaan dapat memutuskan untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja, karena tambahan output masih lebih besar dari tambahan biaya tenaga kerjanya. Sebaliknya jika MPL < w/P atau upah riil, maka perusahaan akan mengurangi penggunaan tenaga kerja, karena tambahan output menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tambahan biaya tenaga kerjanya. Dengan demikian perusahaan tidak akan menambah maupun mengurangi tenaga kerja jika tambahan produktivitas akibat penambahan tenaga kerja sama dengan tingkat upah riilnya (MPL = w/P). Dengan kata lain perusahaan akan mengurangi maupun menambah tenaga kerja ketika tambahan outputnya sama dengan tambahan biayanya.

Referensi

Mankiw, Gregory N, 2003,”Teori Makroekonomi”, Jakarta, Erlangga, Ed-5, alih bahasa oleh Nurmawan Iman.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda